Logoterapi
Konsep dasar
logo terapi dan pandangan logoterapi
Frankl memperkenalkan logoterapi
yang mengakui adanya dimensi spiritual dan memanfaatkannya untuk mengembangkan
hidup bermakna (therapy through meaning). Dari asal katanya, logoterapi berasal
dari kata ‘logos’ yang berarti ‘meaning’ (makna) dan ‘spirituality’
(kerohanian). Logoterapi digolongkan pada Existential Psychiatry dan Humanistic
Psychology
Viktor Frankl berpendapat bahwa
kebutuhan manusia yang lebih mendasar adalah kebutuhan untuk hidup bermakna
atau berarti.Keinginan untuk mempunyai maknai merupakan salah satu kekuatan
motivasi yang ada dalam diri manusia bahkan lebih mendasar daripada ‘prinsip
kesenangan’ (pleasure principle) dari Freud atau ‘keinginan untuk berkuasa’
dari Adler. Menurut Frankl, seseorang akan menjadi sakit apabila dia tidak lagi
mempertanyakan keberadaannya. Hal ini terjadi karena dia tidak dapat lagi
berfungsi sebagaimana mestinya atau istilah Frankl manusia itu sedang berada di
dalam ‘kekosongan eksistensial’
Logoterapi berpandangan bahwa ‘makna
hidup’ (the meaning of life) dan ‘hasrat untuk hidup bermakna’ (the will to
meaning) merupakan motif azasi manusia yang dapat dilihat dalam dimensi
spiritual atau ‘noetic’. Jadi, Frankl berpendapat bahwa ada dimensi lain selain
dimensi somatik dan psikis, yaitu dimensi spiritual. Tampaknya Frankl tidak
memisahkan antara fisik, psikis dan spiritual seorang manusia dan menganggapnya
merupakan satu kesatuan yang utuh.Konflik dasar spiritual yang muncul dari
dalam diri seseorang dapat terjadi sebagai akibat ketidakmampuannya untuk
muncul secara spiritual mengatasi kondisi fisik dan psikisnya.
Konflik ini tidak berakar pada
kerumitan psikologis, akan tetapi terpusat pada hal spiritual dan etis. Apabila
terdapat satu konflik spiritual dapat menyebabkan gangguan psikologis
(neurosis) yang disebut Frankl sebagai ‘noogenic neurosis’. Terapi ini
bertujuan untuk memenuhi doroangan spiritual yang dibawa oleh manusia sejak
lahir dengan mengeksplorasi makna keberadaan manusia.
Teknik teknik Logoterapi
1. Persuasif
Salah satu teknik yang digunakan dalam logoterapi
adalah teknik persuasif, yaitu membantu klien untuk mengambil sikap yang lebih
konstruktif dalam menghadapi kesulitannya.Frankl, menggambarkan hal ini dalam
satu kasus tentang seorang perawat yang menderita tumor yang tidak dapat
dioperasi dan mengalami keputusasaan karena ketidakmampuannya untuk bekerja
dalam profesinya yang sangat terhormat.
2. Paradoxical-intention
Paradoxical intention pada dasarnya memanfaatkan
kemampuan mengambil jarak (self-detachment) dan kemampuan mengambil sikap
terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan.Paradoxical intention terutama
cocok untuk pengobatan jangka pendek pasien fobia (ketakutan irrasional).
Dengan teknik ini, konselor mengupayakan agar klien yang mengalami fobia
mengubah sikap dari ‘takut’ menjadi ‘akrab’ dengan objek fobianya. Selain itu,
teknik paradoxical intention sangat bermanfaat untuk menolong klien dengan
obsesif kompulsif (tindakan yang terus-menerus dilakukan walaupun sadar hal itu
tidak rasional).Antisipasi yang menakutkan terhadap suatu kejadian sering
menyebabkan reaksi-reaksi yang berkembang dari peristiwa tersebut, misalnya
pasien dengan obsesi yang kuat cenderung untuk menghindari obsesif-kompulsifnya.
Dengan teknik paradoxical intention, mereka diajak untuk ‘berhenti melawan’,
tetapi bahkan mencoba untuk ‘bercanda’ tentang gejala yang ada pada mereka,
ternyata hasilnya adalah gejala tersebut akan berkurang dan menghilang. Klien
diminta untuk berpikir atau membayangkan hal-hal yang tidak menyenangkan,
menakutkan, atau memalukan baginya. Dengan cara ini klein mengembangkan
kemampuan untuk melawan ketakutannya, seperti yang terdapat juga dalam terapi
perilaku (behaviour therapy).
3. De-reflection
Teknik logoterapi lain adalah “de-reflection”, yaitu
memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang dimiliki
setiap manusia dewasa. Setiap manusia dewasa memiliki kemampuan untuk
membebaskan diri dan tidak lagi memperhatikan kondisi yang tidak nyaman, tetapi
mampu mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang positif dan
bermanfaat.Di sini klien pertama-tama dibantu untuk menyadari kemampuan atau
potensinya yang tidak digunakan atau terlupakan.Ini merupakan suatu jenis daya
penarik terhadap nilai-nilai pasien yang terpendam. Sekali kemampuan tersebut
dapat diungkapkan dalam proses konseling maka akan muncul suatu perasaan unik,
berguna dan berharga dari dalam diri klien. De-reflection tampaknya sangat
bermanfaat dalam konseling bagi klien.
Pemberian intervensi
Konseling logoterapi diberikan dalam 4 langkah, yaitu:
1. Mengambil jarak atas gejala (distance
from symptoms) dimana konselor membantu menyadarkan subjek bahwa gejala
sama sekali tidak identik dan mewakili diri subjek, namun semata-mata merupakan
kondisi yang dialami dan dapat dikendalikan
2. Modifikasi sikap (modification
of attitude) dimana konselor membantu subjek untuk mendapatkan pandangan
baru atas diri dan kondisinya, selanjutnya subjek menentukan sikap baru untuk
menentukan arah dan tujuan hidupnya
3. Pengurangan gejala (reducing
symptoms) dimana konselor menggunakan teknik logoterapi
berupa dereflection untuk menghilangkan atau mengurangi dan mengendalikan gejala pada subjek
berupa dereflection untuk menghilangkan atau mengurangi dan mengendalikan gejala pada subjek
4. Orientasi terhadap makna (orientation
toward meaning) dimana konselor bersama subjek membahas bersama nilai-nilai
dan makna hidup yang secara potensial ada dalam kehidupan subjek, memperdalam
dan menjabarkannya menjadi tujuan- tujuan yang lebih konkrit.
Rational
Emotive Trerapy
Ellis
memandang manusia bersifat rasional dan irasional. Orang berperilaku dalam
cara-cara tertentu, mempunyai derajat yang tinggi dalam sugestibilitas dan
emosionalitas yang negatif.Para penganut teori RET percaya bahwa tidak ada orang
yang disalahkan dalam secala sesuatu yang dilakukannya, tetapi setiap orang
bertanggungjawab akan semua perilakunya.
Unsur pokok terapi rasional-emotif adalah asumsi bahwa berfikir dan
emosi bukan dua proses yang terpisah. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh
pikiran. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu
proses sikap dan kognitif yang intrinsik.
Pandangan
yang penting ,Ellis (Shertzer & Stone, 1980, 175-176) mengemukakan ada 12
pikiran yang tak rasional yang dapat menimbulkan perilaku neurosis atau
psikologis :
- Manusia yang hidup dalam masyarakat mau tidak mau dapat dicintai ataupun ditolak oleh orang lain disekitarnya setiap saat.
- Bahwa seseorang yang hidup dalam masyarakat harus mempersiapkan diri secara kompeten, edekuat agar ia dapat mencapai kehidupan yang layak dan berguna bagi masyarakat.
- Bahwa banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat ataupun kejam dan oleh karena itu patutlah disalahkan dihukum setimpal dengan dosanya.
- Bahwa kehidupan mausia senantiasa dihadapkan kepada berbagai kemungkinan malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya.
- Bahwa ketidaksenangan atau penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan ekternal dan individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk mengontrol perasaannya atau untuk menghilangkan perasaan depresi atau yang bertentangan.
- Bila ada suatu hal yang berbahaya atau menakutkan, maka individu berusaha keras untuk menghadapi dan mengatasi depresi atau yang bertentangan.
- Bahwa lebih mudah untuk menjauhi kesulitan hidup tertentu dan tanggungjawab diri daripada usaha untuk mengadapi dan mengahargainya hanya untuk menghargai bentuk disiplin diri.
- Bahwa sisa pengalaman masa lalu semuanya sangat penting karena hal itu berpengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan perilaku individu yang ada sekarang.
- Bahwa individu akan lebih baik untuk menghindarkan diri daripada mengerjakan sesuatu.
- Bahwa individu akan mencapai kebahagiaan hidup dengan menyenangkan diri sendiri.
- Bahwa individu akan mencapai sesuatu derajat yang tinggi dalam hidupnya untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan, atau memerlukan kekuatan supernatural untuk mencapainya.
- Bahwa individu secara umum mempunyai nilai diri sebagai manusia dan penerimaan diri untuk tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.
Tujuan
Konseling Rasional – Emotif : Memperbaiki dan meruban sikap, persepsi, cara
berfikir, keyakinan serta pandangan klien yang irasional dan logis menjadi
rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan self
actualizationnya seoptimal mungkin melalui prilaku kognitif dan afektif yang
positif. Menghilangkan gangguan emosional yang merusak diri sendiri,seperti
rasa benci,rasa takut, rasa bersalah,rasa berdosa, rasa cemas, rasa was-was,
dan rasa marah dengan melatih system keyakinan hidup secara rasional serta
membangkitkan keberanian untuk memiliki kepercayaan dan kemampuan diri sendiri
dalam menghadapi masa depan.(Sayekti Pujosuwarno 1993:14)
Secara lebih
khusus Ellis (Corey, 1986; 215) menyebutkan bahwa terapi ini akan tercapai
pribadi yang ditandai dengan :
1. Minat kepada diri sendiri
2. Minat sosial
3. Pengarahan diri
4. Toleransi terhadap pihak lain
5. Fleksibelitas
6. Menerima ketidakpastian
7. Komitmen terhadap sesuatu diluar
dirinya
8. Berfikir ilmiah
9. Penerimaan diri
10. Berani mengambil resiko
11. “Non utopianism” yaitu menerima
kenyataan.
Teknik-teknik
terapi
Teknik emotif
(afektif)
- Teknik Assertive Training , yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, medorong dan membiasakan klien untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
- Teknik sosiodrama, yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan negatif) melalui suasana yang didramatisasikan.
- Teknik self modeling atau diri sebagai model, yakni teknik yang digunakan untuk meminta klien agar berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
- Teknik imitasi, yakni teknik yang digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus soal model perilaku tertentu dengan maksud menhadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
Teknik Behavioristik
- Teknik reinforcement / penguatan, yaitu teknik yang digunakan untuk mendorong klien kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun punishment/ hukuman.
- Teknik social modeling/ penguatan modeling, yakni teknik yang digunakan untuk memberikan perilaku-perilaku baru kepada klien.
- Teknik live models/ model dari kehidupan nyata, yang digunakan untuk menggambarkan perilaku tertentu.
Teknik-teknik
kognitif
- Home work assigments/ pemberian tugas rumah , klien diberikan tugas rumah untuk berlatih, membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menurut pola perilaku yang diharapkan.
- Teknik Assertive , teknik yang digunakan untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan perilaku tertentu yang diharapkan melalui role playing atau bermain peran.
- Bibliotherapy, teknik yang digunakan untuk membalikkan pola pikir irasional dan ketidaklogisan dalam diri konseli yang menyebabkan permasalahan lewat buku-buku. Konselor memilih buku-buku bacaan yang sekiranya dapat membantu konseli dalam mengubah pola pikir irasional menjadi rasional.
Terapi Kelompok
Menurut Guze, Richeimer dan Siegel (1997), terapi
kelompok merupakan setiap pengumpulan dari orang yang lazimnya bertemu secara
teratur, biasanya dengan pemimpin yang terlatih, untuk menangani masalah
psikologik atau pertumbuhan pribadi mereka. Terapi kelompok juga biasa disebut group
therapy. Terapi kelompok membentuk perubahan terhadap klien, khususnya
perubahan perilaku di dalam kelompok. Perubahan diarahkan kepada segala bentuk
perilaku atau kebiasaan dari klien yang dianggap tidak bisa diterima atau tidak
diharapkan oleh kelompoknya.
Terapi kelompok biasanya terdiri dari 5-12 anggota
(bergantung pada tipenya). Terapi kelompok dapat berlangsung beberapa minggu,
beberapa bulan atau beberapa tahun sesuai sesuai kebutuhan dan biasanya
dilakukan seminggu sekali.
Cara
Melakukan Terapi Kelompok
Langkah-langkah
yang dapat dilakukan dalam terapi kelompok adalah:
- Tahap Intake
Tahap ini ditandai oleh adanya pengakuan dari klien
mengenai masalahnya yang mungkin tepat dipecahkan melalui terapi kelompok
ataupun terapis juga dapat menelaah situasi yang dialami klien. Tahap intake disebut
juga sebagai tahap kontrak antara terapis dengan klien, karena pada tahap ini
terdapat persetujuan dan komitmen antara terapis dan klien untuk melakukan
kegiatan-kegiatan perubahan tingkah laku melalui terapi kelompok.
- Tahap Assesmen dan Perencanaan Intervensi
Terapis dan para anggota terapi (klien)
mengidentifikasi permasalahan, tujuan-tujuan kelompok serta merancang rencana
tindakan pemecahan masalah. Pada tahap ini juga dibahas tempat atau ruangan
pelaksanaan terapi kelompok, frekuensi pertemuan, lama pertemuan dan waktu yang
dibutuhkan.
- Tahap Penyeleksian Anggota
Penyeleksian anggota untuk membentuk suatu kelompok
harus dilakukan terhadap orang-orang yang paling mungkin mendapatkan manfaat
dari keterlibatannya dalam kelompok. Dalam pembentukan kelompok harus
mempertimbangkan tipe permasalahan, persamaan tujuan, persamaan jenis kelamin
untuk masalah-masalah tertentu dan tingkatan umur.
Minat dan ketertarikan individu terhadap kelompok juga
penting diperhatikan, karena anggota yang memiliki perasaan positif terhadap
kelompok akan terlibat dalam berbagai kegiatan kelompok secara teratur.
- Tahap Pengembangan Kelompok
Norma-norma, harapan-harapan, nilai-nilai dan
tujuan-tujuan kelompok akan muncul dalam tahap ini sehingga dapat mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh aktivitas serta relasi yang berkembang dalam kelompok.
Oleh karena itu, pada tahap ini terapis memegang peranan penting untuk dapat
membantu kelompok mencapai tujuan.
Teknik Terapi Kelompok
Ada beberapa bentuk khusus terapi kelompok, antara
lain :
a.
Psikodrama
Psikodrama merupakan suatu bentuk terapi kelompok,
yang dikembangkan oleh J.L. Moreno pada tahun 1946, dimana pasien didorong
untuk memainkan suatu peran emosional di depan para penonton tanpa dia sendiri
dilatih sebelumnya. Tujuan dari psikodrama ini adalah membantu seorang pasien
atau kelompok pasien untuk mengatasi masalah-masalah pribadi dengan menggunakan
permainan drama, peran, atau terapi tindakan. Lewat cara-cara ini pasien
dibantu untuk mengungkapkan perasaan-perasaan tentang konflik, kemarahan, agresi,
perasaan bersalah, dan kesedihan. Sama dengan Freud, Moreno melihat emosi-emosi
yang terpendam dapat dibongkar (kompleks-kompleks emosional dihilangkan dengan
membawanya ke kesadaran, dan membuat energi emosional diungkapkan/katarsis).
Metode psikodrama yang sangat Penting. Seperti yang
dikembangkan dan dipraktekkan oleh Moreno, psikodrama menggunakan tempat yang
menyerupai panggung. Hal ini bertujuan supaya pasien memainkan peran di alam
khayal, dengan demikian ia merasa bebas mengungkapkan sikap-sikap yang
terpendam dan motivasi-motivasi yang kuat. Ketika peran dimainkan,
implikasi-implikasi realistic dan tingkah lakunya yang dramatis menjadi jelas.
Keterampilan terampis dalam mengenal dan menafsirkan dinamika yang diungkapkan
memudahkan proses terapi. Ada tiga tahap yang penting dalam psikodrama:
1. Tahap
pelaksanaan, dimana subjek memerankan khayalan-khayalannya.
2. Tahap
penggantian, dimana orang-orang yang sebenarnya menggantikan orang-orang yang
dikhayalkan subjek.
3. Tahap
penjernihan, dimana diadakan pengalihan dari kontak individu-individu pengganti
ke kontak dengan individu-individu di mana subjek memiliki kesempatan
menyesuaikan diri dengan mereka dalam kehidupan yang nyata. Sebaliknya,
Whittaker memberikan suatu gambaran singkat tentang bagaimana sebaiknya
psikodrama itu dilaksanakan. Dia mengemukakan bahwa psikodrama menggunakan 4
instrument utama, yaitu:
- panggung,
yang merupakan ruang kehidupan psikologis dan fisik bagi subjek atau pasien.
- Sutradara
atau pekerja.
- Staf dari
ego-ego penolong (auxiliary ego) atau
penolong-penolong teraupetik.
- para
penonton.
Ego-ego
penolong maupun para penonton terdiri dari anggota-anggota kelompok lain.
Strateginya adalah memberi kemungkinan kepada subjek untuk memproyeksikan
dirinya kedalam dunianya sendiri dan membangkitkan respon-respon dari
kawan-kawan anggota kelompoknya sendiri. Selanjutnya, Whittaker mengemukakan 4
teknik yang bisa digunakan, yaitu:
1.
Presentasi
diri. Pasien mempresentasikan dirinya sendiri atau seorang figur yang penting
dalam kehidupannya.
2.
Memimpin
percakapan sendiri. Pasien melangkah keluar dari drama dan berbicara pada
dirinya sendiri dan kepada kelompoknya.
3. Teknik
ganda. Seorangg ego penolong berperan bersama dengan pasien dan melakukan
segala sesuatu yang dilakukan pasien pada waktu yang sama.
4. Teknik
cermin. Seorang ego penolong berperan sejelas mungkin menggantikan pasien. Dari
para penonton, pasien memperhatikan bagaimana dia melihat dirinya sendiri
sebagaimana orang-orang lain melihatnya.
Sutradara atau pekerja berfungi baik sebagai produser
maupun sebagai terapis. Sebagai produser, ia memilih dan mengatur adegan-adegan
yang juga memimpin tindakan (perbuatan) psikodramatis. Adegan-adegan dipilih
berdasarkan situasi-situasi yang mengandung muatan emosional bagi pasien atau
berdasarkan situasi-situasi dimana pasien bertingkahlaku tidak tepat atau tidak
efektif dalam situasi-situasi seperti itu. Sebagai terapi, pekerja (sutradara)
memberikan dukungan atau klarifikasi kepada para actor, dan kadang-kadang
memberikan penafsiran (sering dengan bantuan para anggota kelompok lain) tentang
adegan permainan itu.
Belakangan ini psikodrama dilakukan oleh orang-orang
yang mempraktekkan bermacam-macam teori psikoterapi. Khususnya, para terapis
Gestalt menggunakan psikodrama secara luas. Psikodrama juga digunakan dalam
terapi perkawinan, dalam terapi anak-anak, penyalahgunana-penyalahgunaan obat
bius dan alcohol, orang-orang yang mengalami masalah-masalah emosional, di
lingkungan penjara, untuk melatih para psikiater dirumah sakit, untuk melatih
orang-orang yang cacat, di perusahaan dan industri, dan dalam pendidikan serta
dalam mengambil keputusan.
Kegunaan psikodrama adalah dengan mendramatisir
konflik-konflik batinnya, pasien dapat merasa sedikit lega dan dapat
mengembangkan pemahaman (insight)
baru yang memberinya kesanggupan untuk mengubah perannya dalam kehidupan yang
nyata.
b. Role playing (bermain peran)
Memainkan peran adalah suatu variasi dari psikodrama
yang tidak menggunakan alat-alat sandiwara (drama). Taknik ini banyak digunakan
untuk mendorong pasien berbicara dan mengembangkan persepsi-persepsi baru dalam
berbagai situasi kelompok, misalnya diruang kelas, program-program hubungan
manusia dalam bidang usaha dan industri, dan pertemuan-pertemuan latihan (training)
c.
Encounter groups
Encounter
groups adalah bentuk-bentuk khusus dari terapi kelompok yang muncul dari gerakan
humanistik pada tahun 1960-an. Encounter
groups bertujuan untuk membantu mengembangkan kesadaran diri dengan
berfokus pada bagaimana para anggota kelompok berhubungan satu sama lainalam
suatu situasi diaman di dorong untuk mengungkapkan perasaan secara terus
terang. Encounter groups tidak
berlaku bagi orang yang mengalami masalah-masalah psikologis yang berat, tetapi
hanya ditujukan kepada orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, berusaha
memajukan pertumbuhan pribadi, meningkatkan kesadaran mengenai
kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan mereka sendiri serta cara-cara mereka
berhubungan dengan orang lain.
Encounter
groups berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini melalui pertemuan-pertemuan yang
intensif atau konfrontasi-konfrontasi langsung dengan orang-orang baru.
Beberapa kelompok dibentuk sebagai kelompok-kelompok marathon yang mungkin
berlangsung terus-menerus selama 12 jam atau lebih. Karena bertolak dari
pendekatan humanistik, encounter groups,
menekankan interaksi-interaksi yang terjadi ditempat ini dan kini.
Fokus dari encounter
groups adalah mengungkapkan perasaan-perasaan yang asli dan bukan
menafsirkan atau membicarakan masa lampau. Apabila seorang anggota kelompok
dipersepsikan oleh orang lain bersembunyi di belakang kedok atau topeng sosial,
maka orang lain berusaha sedemikian rupa supaya orang tersebut membuka kedok
itu, dan dengan demikian mendorong orang itu untuk mengungkapkan
perasaan-perasaannya yang sebenarnya.
Teknik konfrontasi ini dapat merusak bila para anggota
kelompok memaksa mengungkapkan dengan terlalu cepat perasaan-perasaan pribadi
orang itu yang belum mampu ditanganinya atau bila orang itu merasa diserang
atau dikambinghitamkan oleh orang lain dalam kelompok. Para pemimpin kelompok
yang bertanggungjawab tetap berusaha mengendalikan kelompok itu untuk mencegah
penyalahgunaan tersebut dan mempertahankan kelompok itu bergerak kearah yang
memudahkan pertumbuhan pribadi dan kesadaran diri.
Terapi
Perilaku
Terapi
tingkah laku dalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada
berbagai teori tentang belajar. Terapi ini menyertakan penerapan yang
sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku ke arah
cara-cara yang lebih adaptif. Berlandaskan teori belajar, modifikasi tingkah
laku dan terapi tingkah laku adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling
dan psikoterapi yang berurusan dengan pengubahan tingkah laku. Pada dasarrnya,
terapi tingkah laku diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru,
pengapusan tingkah laku yang maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan
tingkah laku yang diinginkan.
Teknik-teknik
utama terapi tingkah laku
1. Desensitisasi sistematik
Desensitisasi
sistematik adalah salah satu teknik yang paling luas digunakan dalam terapi
tingkah laku. Desensitisasi sistematik digunakan untuk menghapus tingkah laku
yang diperkuat secara negatif, dan ia menyertakan pemunculan tingkah laku atau
respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan itu.
Desensitisasi diarahkan pada mengajar klien untuk menampilkan suatu respon yang
tidak konsisten dengan kecemasan.
Desensitisasi
sistematik juga melibatkan teknik – teknik relaksasi. Klien dilatih untuk
santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman-pengalaman
pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau divisualisasi.
Prosedur
model pengondisian balik ini adalah sebagai berikut :
Desensitisasi
sistematik dimulai dengan suatu analisis tingkah laku atas stimulus-stimulus
yang bisa membangkitkan kecemasan pada suatu wilayah tertentu seperti
penolakan, rasa iri, ketidaksetujuan, atau suatu fobia. Disediakan waktu untuk
menyusun suatu tingkatan kecemasan-kecemasan klien dalam wilayah tertentu.
Terapis menyusun suatu daftar bertingkat mengenai situasi-situasi yang
kemunculannya meningkatkan taraf kecemasan atau penghindaran. Tingkatan
dirancang dalam urutan dari situasi yang paling buruk yang bisa dibayangkan
oleh klien kesituasi yang membangkitkan kecemasan yang tarafnya paling rendah.
Selama
pertemuan-pertemuan terapeutik pertama klien diberi latihan relaksasi yang
terdiri atas kontraksi, dan lambat laun pengunduran otot-otot yang berbeda
sampai tercapai suatu keadaan santai penuh. Sebelum latihan relaksasi dimulai,
klien diberitahu tentang cara relaksasi yang digunakan dalam desensitisasi,
cara menggunakan relaksasi itu dalam kehidupan sehati-hari, dan cara
mengendurkan bagian-bagian tubuh tertentu. Pemikiran dan pembayangan
situasi-situasi yang membuat santai seperti duduk dipinggir danau atau
berjalan-jalan ditaman yang indah, sering digunakan. Hal yang penting adalah
bahwa klien mencapai keadaan tenang dan damai. Klien diminta untuk
mempraktekkan relaksasi diluar pertemuan terapeutik, sekitar 30 menit lamanya
setiap hari. Apabila klien telah bisa belajar untuk santai dengan cepat, maka
prosedur desensitisasi bisa dimulai.
Proses
desensitisasi melibatkan keadaan dimana kien sepenuhnya santai dengan mata
tertutup. Terapis menceritakan serangkaian ituasi dan meminta klien untuk
membayangkan dirinya berada dalam setiap situasi yang diceritakan oleh terapis
itu. Situai yang netral diungkapkan dan klien diminta untuk membayangkan
dirinya berada di dalamnya. Terapis bergerak mngungkapkan situasi-situasi
secara bertingkat sampai klien menunjukan bahwa dia mengalami kecemasan, dan
pada saat itulah pengungkapan situasi diakhiri. Treatment dianggap selesai
apabila klien mampu untuk tetap santai ketika membayangkan situasi yang
sebelumnya paling menggelisahkan dan menghasilkan kecemasan.
- Terapi implosif daan pembanjiran
Teknik-teknik
pembanjiran berlandaskan paradigma mengenai penghapusan eksperimental. Teknik
ini terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa
pemberian perkuatan. Stampfl (1975) mengembangkan teknik yang berhubungan
dengan teknik pembanjiran yang disebut “terapi implosif” seperti halnya dengan
desensitisasi sistematik, terapi implosif berasumsi bahwa tingkah laku neurotik
melibatkan penghindaran terkondisi atas stimulus-stimulus penghasil kecemasan.
Stampfl
(1975) mencatat beberapa contoh bagaimana terapi implosif berlangsung.
Prosedur-prosedur penanganan klien mencakup :
- Pencarian stimulus-stimulus yang memicu gejala-gejala
- Menaksir bagaimana gejala-gejala berkaitan dan bagaimana gejala-gejala itu membentuk tingkah laku klien
- Meminta kepada klien untuk membayangkan sejelas-jelasnya apa yang dijabarkannya tanpa disertai celan atas kepantasan situasi yang dihadapinya
- Bergerak semakin dekat kepada ketakutan yang paling kuat yang dialami klien dan meminta kepadanya untuk membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya
- Mengulang prosedur-prosedur tersebut sampai kecemasan tidak lagi muncul dalam diri klien
- Latihan asertif
Latihan
asertif akan membantu bagi orang-orang yang :
- Tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung
- Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya
- Memiliki kesulitan untuk mengatakn “tidak”
- Mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respons-respons positif lainnya
- Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri
Shaffer dan
Galinsky (1974) menerangkan bagaimana kelompok-kelompok latihan asertif atau
“latiham ekspresif” dibentuk dan berfungsi. Kelompok terdiri atas delapan
sampai sepuluh anggota memiliki latar belakang yang sama, dan session terapi
berlangsung selama dua jam. Terapis bertindak sebagai penyelenggara dan
pengarah permainan peran, pelatih, pemberi perkuatan, dan sebagai model peran.
Dalam diskusi-diskusi kelompok, terapis bertindak sebagai seorang ahli,
memberikan bimbingan dalam situasi-situasi permainan peran, dan memberikan
umpan balik kepada para anggota.
- Terapi Aversi
Teknik-teknik
aversi adalah metode-metode yang paling kontroversial yang dimiliki oleh para
behavioris meskipun digunakan secara luas sebagai metode-metode untuk membawa
orang-orang kepada tingkah laku yang diinginkan. Sebagian besar lembaga sosial
menggunakan prosedur-prosedur aversif untuk mengendalikan para anggotanya dan
untuk membentuk tingkah laku individu agar sesuai dengan yang telah digariskan:
perusahaan-perusahaan menggunakan pemecatan dan penangguhan pembayaran upah,
sedangkan pemerintah menggunakan denda dan hukuman penjara.
- Pengondisian operan
Tingkah laku
operan merupakan tingkah laku yang paling bearti dalam kehidupan sehari-hari,
yang mencakup membaca, berbicara, berpakaian, makan dengan alat-alat makan,
bermain, dan sebagainya. Prinsip perkuatan yang menerangkan pembentukan,
pemeliharaan atau penghapusan pola-pola tingkah laku, merupakan inti dari
pengondisian operan. Berikut ini uraian ringkas dari metode-metode pengondisian
operan yang mencakup :
-
Perkuatan
Positif
Pembentukan
suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setlah
tingkah laku yang diharapkan muncul adalah suatu cara yang ampuh untuk mengubah
tingkah laku. Pemerkuat-pemerkuat baik primer (memuaskan kebutuhan-kebutuhan
fisiologis) maupun sekunder (memuaskan kebutuhan–kebutuhan psikologis dan
social), diberikan untuk rentang tingkah laku yang luas. Contoh pemerkuat
primer adalah makanan dan tidur atau istirahat. Contoh pemerkuat sekunder
adalah yang bisa menjadi alat yang ampuh untuk membentuk tingkah laku yang
diharapkan antara lain adalah senyuman, pujian, uang dan hadiah-hadiah.
Penerapan pemberian perkuatan positif pada psikoterapi membutuhkan spesifikasi
tingkah laku yang diharapkan, penemuan tentang apa agen yang memperkuat bagi
individu dan penggunaan perkuatan positif secara sistematis guna memunculkan
tingkah laku yang diingkan.
-
Pembentukan
Respon
Dalam
pembentukan respon, tingkah laku sekarang secara bertahap diubah dengan memperkuat
unsur-unsur kecil dari tingkah laku baru yang diinginkan secara berturut-turut
sampai mendekati tingkah laku akhir. Pembentukan respon berwujud pengemabangan
suatu respon yang pada mulanya tidak terdapat dalam perbendaharaan tingkah laku
individu.
-
Perkuatan
Intermiten
Perkuatan
intermiten diberikan secara bervariasi kepada tingkah laku yang spesifik.
Tingkah laku dikondisikan oleh perkuatan intermiten pada umumnya lebih tahan
terhadap pengahpusan disbanding dengan tingkah laku yang dikondisikan melalui
pemberian perkuatan yang terus-menerus.
-
Penghapusan
Terapis,
guru dan orang tua yang menggunakan penghapusan sebagai teknik utama dalam
mengahpus tingkah laku yang tidak diinginkan harus mencatat bahwa tingkah laku
yang tidak diinginkan itu pada mulanya bias menjadi lebih buruk sebelum akhirnya
terhapus atau dikurangi.
-
Pencontohan
Dalam
pencontohan, individu mengamati seorang model dan kemudian diperkuat untuk
mencontoh tingkah laku sang model. Bandura (1969) menyatakan bahwa belajar yang
bias diperoleh melalui pengalaman langsung bias pula diperoleh secara tidak
langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut
konsekuensi-konsekuensinya. Jadi, kecakapan-kecakapan social tertentu bias
diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-model yang ada.
-
Token
Economy
Metode token
economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuari dan
pemerkuat-pemerkuat yang tidak bias diraba lainnya tidak memberikan pengaruh.
Dalam token economy, tingkah laku yang layak bias diperkuat dengan
perkuatan-perkuatan yang bias diraba (tanda-tanda seperti kepingan logam) yang
nantinya bias ditukar dengan objek-obejk atau hak istimewa yang diingini.
Metode token economy sangat mirip dengan yang dijumpai dalam kehidupan nyata,
misalnya, para pekerja dibayar untuk hasil pekerjaan mereka. Penggunaan
tanda-tanda sebagai pemerkuat-pemerkuat bagi tingkah laku yang layak memiliki
beberapa keuntunga, yaitu : 1. Tanda-tanda tidak kehilangan nilai insentifnya,
2. Tanda-tanda bisa mengurangi penundaan yang ada diantara tingkah laku yang
layak dengan ganjarannya, 3. Tanda-tanda bias digunakan sebagai pengukur yang
kongkret bagi motivasi individu untuk mengubah tingkah laku tertentu, 4.
Tanda-tanda adalah bentuk perkuatan yang positif, 5. Individu memiliki
kesempatan untuk memutuskan bagaimana menggunakan tanda-tanda yang
diperolehnya, 6. Tanda-tanda cenderung menjembatani kesenjangan yang sering
muncul diantara lembaga dan kehidupan sehari-hari.
Sumber
Suhesti.2012.Bagaimana
Konselor Sekolah Bersikap?.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Corey
Gerald.2007.Teori dan Paktek Konseling & Psikoterapi.Bandung: PT
Refika Aditama
Hayat,Abdul.2010.Teori
dan Teknik Pendekatan Konseling.Banjarmasin:Lanting Media Aksara
TUGAS TULISAN
Contoh kasus dari ke empat teori diatas saya mengambil
contoh kasus dari teori Logoterapi
Harry seorang warga indonesia yang berusia 30 tahun
yang kehidupannya dengan cepat berubah ubah. Ia adalah seseorang yang suka
sekali mabuk mabukan dan ia mempunyai masalah keuangan/ekonomi yang tidak
mendukung. Dan ia sudah mempunyai istri dan suka sekali menghabiskan uang
dengan cara membeli minum minuman keras karena pengaruh beban pekerjaan
(stress).
Simpati istrinya berkurang disamping ia juga punya
masalah tidur tengah malam. Dan ia ahkirnya pergi untuk menemui seorang GP ahli
Logotherapi yang bernama Joshua steven.
Joshua mengkombinasikan pendekatan medis sebagai
contoh pemberian informasi terhadap bahaya minuman-minuman juga dilakukan
dengan logotherapi. Roda kehidupan Harry kembali bergulir, liku-liku sisi
alkohol dari kehidupannya dan tak bisa dihindari. Joshua berkata “ bahwa
memungkin untuk memikirkan apa yang dia ketahui dan dapat menentukan pilihan
dan menjalani kehidupan dengan berbagai cara (penekanan logotherapi dapat
dipertanggung jawabkan). Cerminan dari suatu pilihan yang membawa perubahan
baginya (ini adalah orientasi terhadap makna penghayatan dan nilai - nilai
terakhir yang bisa ditemuinya, nilai – nilai bersikap), dan terdapat gambaran
masa masa mendatang. Perannya sangat menentukan dan menjadi efektif, setiap
kali ia memandang betapa akal piciknya menjadi bumerang (api dalam sekam).
Komentar
Posting Komentar